HUKUM MEMBACA QURAN DENGAN LANGGAM JAWA


 

 

Diasuh Oleh: Ust M Shiddiq Al Jawi

 

Tanya :

Ustadz, bolehkah membaca Al Qur`an dengan langgam Jawa? Misalnya seperti yang dibaca seorang qari’ pada Peringatan Isra` Mi’raj di Istana Negara Jakarta hari Jumat 15 Mei 2015? (Hamba Allah, Jakarta).

 

Jawab :

            Pembacaan Al Qur`an tersebut telah menimbulkan kontroversi di kalangan ulama kontemporer menjadi dua pendapat.

Pendapat pertama, pendapat yang mengharamkan, berdasarkan hadits dari Hudzaifah bin Al Yaman RA bahwa Rasulullah SAW bersabda :

 

إقرؤوا القرآن بلحون العرب وأصواتها، وإياكم ولحون أهل الفسق وأهل الكتابين

 

Bacalah Al Qur`an dengan irama/langgam orang Arab dan suara orang Arab dan jauhilah olehmu bacaan orang fasik dan dua golongan Ahli Kitab.” (iqra`ul qur`ana bi luhuun al ‘arab wa ashwatiha wa iyyaakum wa luhuuna ahlil fisqi wa ahlil kitabaini). (HR Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 2/540, no 2649; Thabrani dalam Al Mu’jam Al Ausath, 7/183, no 7223).

Pendapat kedua, pendapat yang membolehkan. Pendapat ini menyatakan membaca Al Qur`an dengan langgam budaya lokal, seperti lagu Jawa, boleh-boleh saja, asalkan bacaannya masih memenuhi kaidah-kaidah tajwid Al Qur`an dan pelafalannya tidak menyalahi makharijul huruf. Adapun hadits Hudzaifah bin Al Yaman yang dijadikan dalil keharaman oleh pendapat pertama di atas, dianggap hadits lemah (dha’if) oleh penganut pendapat kedua. Alasannya, di antara para periwayat hadits tersebut terdapat periwayat bernama Baqiyah bin Al Walid yang dinilai sebagai periwayat yang lemah, yaitu melakukan tadliis. (Al Haitsami, Majma’uz Zawaid, 7/169; Adz Dzahabi, Mizanul I’tidal, 2/313).

 

            Pendapat yang rajih (kuat) adalah pendapat pertama yang mengharamkan membaca Al Qur`an dengan langgam Jawa. Karena membaca Al Qur`an dengan langgam/lagu Jawa tersebut termasuk membaca Al Qur`an dengan lahn (irama/lagu) yang mengikuti kaidah-kaidah musik/lagu yang telah diharamkan syariah. Imam Ibnu Taimiyah dalam masalah ini telah berkata dalam kitabnya Al Istiqamah (1/246) :

 

ولا يسوغ أن يقرأ القرآن بألحان الغناء

 

”Tidak dibolehkan Al Qur`an dibaca dengan irama lagu.” (wa laa yasuughu an yuqra`a al qur`anu bi alhaan al ghinaa`). (Lihat : Aiman Rusydi Suwaid, Al Bayan li Hukmi Qira`ah Al Qur`an Al Karim bi Alhan, hlm. 23-24; Mahmud Khalil Al Hushari, Ahkam Qira`ah Al Qur`an Al Karim, hlm. 34; Ahmad Salim Malham, Faidh Ar Rahman fi Al Ahkam Al Fiqhiyyah Al Khashah bil Qur`an, hlm. 461).

 

            Adapun dalil keharamannya, bukan hadits dari Hudzaifah bin Al Yaman di atas yang terbukti lemah (dha’if), namun hadits lain yang derajatnya hasan atau shahih. Imam Ibnu Katsir dalam kitabnya Fadha`ilul Qur`an hlm. 99 telah mengharamkan membaca Al Qur`an dengan lahn (mengikuti irama lagu) dengan hadits lain, yaitu hadits dari ‘Aabis Al Ghifari RA bahwa Rasulullah SAW telah bersabda :

 

بادروا بالأعمال ستا إمارة السفهاء وكثرة الشرط وبيع الحكم واستخفافا بالدم وقطيعة الرحم ونشوا يتخذون القرآن مزامير يقدمون أحدهم ليغنيهم وإن كان أقلهم فقها

 

”Bersegeralah beramal sebelum datang enam perkara; kepemimpinan orang-orang bodoh (imarah as sufaha`), banyaknya pendukung kezaliman (katsrah asy syarth), jual beli kekuasaan (bai’ul hukm), meremehkan urusan darah (istithfaaf bid dam), pemutusan silaturahim (qathi’ah ar rahim), dan kaum yang menjadikan Al Qur`an bagaikan seruling-seruling (nasyw yattakhidzuna al qur`ana mazamir), mereka menampilkan seseorang dari mereka agar menyanyikan Al Qur`an meskipun dia paling sedikit kepahamannya [dalam urusan agama].” (HR Baihaqi dalam Syu’abul Iman; Thabrani dalam Al Mu’jam Al Ausath; hadits hasan menurut Imam Ibnu Katsir).

 

            Yang dimaksud “yattakhidzuna al qur`ana mazamir“ (menjadikan Al Qur`an bagaikan seruling-seruling) menurut Imam Ibnu Katsir adalah :

 

قراءة القرآن بالألحان التي يسلك بها مذاهب الغناء

 

“Membaca Al Qur`an dengan irama/langgam yang biasa dilakukan oleh orang-orang yang menyanyi (qira`ah al qur`an bil alhan allati yuslaku biha madzahib al ghina`). (Aiman Rusydi Suwaid, Al Bayan li Hukmi Qira`ah Al Qur`an Al Karim bi Alhan, hlm. 30).

 

            Berdasarkan penjelasan ini, jelaslah membaca Al Qur`an dengan langgam Jawa seperti yang dibaca seorang qari’ pada peringatan Isra` Mi’raj di Istana Negara Jakarta hari Jumat 15 Mei 2015, adalah perbuatan yang haram dan merupakan dosa di sisi Allah Azza wa Jalla.

 

Yang lebih menyedihkan, pembacaan Al Qur`an seperti itu terjadi di tengah-tengah pengabaian Al Qur`an itu sendiri. Riba yang diharamkan Qur`an (QS 2:275) justru merajalela, khamr yang diharamkan Qur`an (QS 5:90) justru diizinkan beredar, zina yang diharamkan Qur`an (QS 17:32) justru menggila. Astaghfirullah. Betapa besarnya dosa manusia zalim yang mempelopori pembacaan Al Qur`an dengan langgam Jawa. Wallahu a’lam


Artikel Lainnya





Bagi para pembaca yang ingin menanyakan masalah Agama kepada KH. M. Shiddiq Al Jawi, silakan isi form pertanyaan di bawah ini. KH. M. Shiddiq Al Jawi insya Allah akan berusaha menjawab pertanyaan dari para pembaca melalui email.